Bermain selalu identik dengan anak-anak. Dunia anak adalah dunia bermain. Hampir tiap detik hidupnya, setiap anak di muka bumi ini sebenarnya tidak pernah dari bermain (bahasa edukatifnya; mengeksplorasi). Dan, minggu kemarin, anak saya mengajak saya bermain di Taman Pintar. “Ayo Mah, kita ke Taman Pintar, ” begitu pintanya.
Sebenarnya ini bukan kali pertama baginya mengunjungi Taman Pintar. Melalui acara field trip di sekolahnya pun, Ia dan teman-teman sekolahnya sudah ke sana. Beberapa waktu lalu, saat saya masih di Belanda, sudah berkali-kali mengunjungi ke sana, dengan papanya. Dan namanya juga anak-anak, minggu kemarin, giliran saya ditagih untuk menemaninya ke Taman Pintar, sekali lagi. Bagi saya, ini pengalaman pertama, memasuki Taman Pintar yang berlokasi di Area Shopping (Toko-toko Buku Lama), maaf saya lupa nama jalannya.
Bertiga, menjelang senja, kamipun ke sana. Hmm, Dengan lokasi Taman Pintar yang cukup strategis, dekat dengan area Malioboro, tak butuh waktu lama menuju lokasi. Dan ternyata, tiket masuk untuk anak dan orang dewasa sangat murah (di luar dugaan). Hanya, Rp. 3000,- untuk dewasa, dan Rp. 1500,00 untuk anak-anak. (Tidak mahal bukan?). Taman ternyata didesain semenarik mungkin, dengan setting bermain bagi anak, tapi mengandung unsur edukatif yang cukup kental. Memasuki ruang Oval, anak-anak disuguhi dengan area Dinosaurus, kemudian Planet dan Tata Surya. Pada saat kami mengunjungi, tersedia beberapa atraksi atau eksperimen yang sedang dilakukan. Ada eksperimen tsunami, gempa, tenaga pedal yang menghasilkan listrik, arus litrik dan lainnya. Sayang, beberapa fasilitas yang ada sudah tampak rusak dan tidak bisa digunakan. Setelah keliling sekitar 1 jam, kami pun keluar dan berjalan-jalan sebentar di taman luar.
Tampak jelas terlihat animo masyarakat dari adanya beberapa rombongan dari berbagai sekolah yang mengunjungi Taman Pintar. Fenomena yang menarik. Tak dapat dipungkiri, masyarakat DIY dan sekitarnya sangat-sangat membutuhkan tempat dan area hiburan yang murah, tapi menyogohkan unsur edukatif. Taman Pintar mestinya bisa menjadi alternatif bagi masyarakat DIY dan sekitarnya, terutama anak-anak. Sayangnya, Taman Pintar sendiri yang sebenarnya relatif baru didirikan masih perlu berbenah. Dengan menyodorkan semakin banyak alternatif mainan yang edukatif, dengan kualitas alat yang tidak mudah rusak. Jika hal tersebut dikelola dengan baik, saya sangat optimis, Taman Pintar bisa menjadi aset wisata edukatif yang sangat handal bagi DIY. Monggo Bapak/Ibu Pemda dan Swasta terkait, mari sama-sama kita suguhkan hiburan yang edukatif buat anak-anak kita. Kalau tidak, masa’ iya, hiburannya cuma ke Mall, atau Time Zone. Kan sayang banget tho?