Yogyakarta: kota berjuta bendera?

Standard

Pulang ke kotamu. Ada setangkup haru dalam rindu … Masih seperti dulu …
Begitulah sepenggal lirik dari lagu Yogyakarta, ala Katon Bagaskara tentang kota Yogyakarta.

Ya, siapa yang tidak mengenal kota yang satu ini. Dalam catatan sejarah, kota ini jelas menjadi bagian penting dalam perjalanan sejarah bangsa ini menuju kemerdekaan. Dalam goresan keilmuan, kota ini sangat dikenal dengan kota pendidikan, dimana begitu banyak lembaga pendidikan dasar, menengah dan tinggi, termasuk perguruan tinggi terkemuka berlokasi di kota ini. Data terbaru, terdapat sekitar 51 perguruan tinggi di Yogyakarta. Sungguh kota yang sarat dengan ilmu pengetahuan. Dalam catatan pemerintahan, kota ini unik dengan sistem pemerintahan yang berbeda dibanding kota-kota lain di Indonesia. Dimana konsep kerajaan (Kesultanan) telah berasimilasi dengan baik dengan konsep pemerintahan negara yang ada. Masih banyak istilah-istilah lain yang mengagumkan tentang Yogyakarta. Disamping kota Budaya, kota Gudeg, Kota Bakpia, dan lainnya dengan semboyan Yogya, Yogyakarta Berhati Nyaman.

Tapi apa komentar orang yang baru saja mengetahui Yogya? What will be the first impression about Yogyakarta? Dalam sebuah kesempatan baru-baru ini, salah satu supervisor saya, Theo Postma berwarga negara Belanda berkunjung ke Yogyakarta. Ini kali pertama, Theo menginjakkan kaki ke Yogya. Bahkan ke Indonesia. Bisa dibayangkan apa yang dilakukannya sebelum datang ke Yogyakarta atau Indonesia. Yap, membaca dan menggali semua informasi tentang kota ini dari berbagai buku bacaan. Ciri khas orang yang akan bepergian ke suatu tempat di negara antah berantah. Begitulah kira-kira.

Sesampai di Yogya, mulai dari perjalanan dari airport menuju hotel. Melewati jalan Malioboro. Mengunjungi usaha kecil yang berlokasi di Imogiri, melihat proses pembuatan batik dan perak, khas Yogyakarta. Berkeliling melihat persawahan, perkebunan salak khas Yogyakarta. Melihat-lihat Merapi dan sekitarnya. Mengunjungi kampus tercinta, UGM, and so on, and so on. Semua dilalui si Theo ini, mulai melihat dari kota, rural dan country side kota ini. Apa comment dia?

Setelah menyebut hal-hal ini lainnya (ie. nice people, nice culture, nice city … so many motorbikes). Satu hal yang membuat saya agak terkejut, Theo bilang:
Wow, Yogya is a city with so many flags … Really so many, with different colors.

Terkekeh juga saya mendengar komentar tersebut.
Yap, kedatangan Theo masih berdekatan dengan masa-masa perayaan kemerdakaan Indonesia. Bendera tampak dimana-mana. Tapi disisi lain, memang begitu banyak bendera-bendera partai berkibar dimana-mana. Maklum Theo, partai di Indonesia saat ini 38 partai bo’. Tak heran bendera berkibar dimana-mana. Bahkan, masih sangat jelas terlihat ketika menyusuri country side of Yogyakarta. Indah? Too crowded?

Dan setelah sampai di Bali, fenomena benderapun masih terlihat di sana, hanya less motorbikes, akhirnya Theo berujar: Indeed, there are so many flags in this country (ie. Indonesia).

Banyaknya bendera di sebuah negara, lambang apa ya?
😉

5 thoughts on “Yogyakarta: kota berjuta bendera?

  1. Dear Bu Nurul,
    saya mahasiswa Ibu di kelas kewirausahaan yang dulu bikin usaha parsel. Semoga Ibu masih ingat. Alhamdulillah saya baru saja lulus, masih betah di kampus bantuin akreditasi jurusan Manajemen. Untuk keperluan itu, saya mewakili temen2 asistem akreditasi memohon kesediaan Ibu untuk mengirim CV terbaru Ibu melalui email saya. Kalau boleh dengan contoh-contoh hasil penelitian Ibu sebagai lampiran. Terima kasih.

    Regards,
    Adhya Utami Larasati Soetjipto

  2. Halo Adhya, tentu saya masih ingat. Usaha Parcel ala Pink ya, kalau tidak salah 😉 Saya turut senang Adhya sudah lulu, setidaknya satu capaian sudah terlewati. Semoga ilmu yang didapat barokah buat semua. Amin. Tentang CV, saya sudah kirim ke P. Budi Santoso. Tapi nanti via email saya kirim lagi. Sukses selalu.

  3. Bu Nurul, saya salah seorang teman Ibu. Saya belum lulus bu, masih sekolah, nggak selesai-selesai ini.
    Wah… blog Bu Nurul asik deh… keliatan deh kalau memang senang menulis.
    Saya sih, skarang kayaknya agak memilih nulis blog dalam kalimat tak terlalu panjang. Karena kalau panjang, saya amat-amati bahasanya jadi aneh.
    Sukses ya Bu…
    Salam Semangat !!!

  4. Yogya merupakan sesuatu kenangan yang tidak dapat terlepaskan dalam proses pembentukan jati diri. Walaupun ketika di Yogya saat itu saya berumur 4-6 Tahun (SD Tukangan). Seketika membaca tulisan Anda, Saya sedikit kecewa dengan perkembangannya sekarang. Tetapi bagaimanapun juga, Yogya merupakan Imaginasi tersendiri dalam setiap perenungan maupun eskalasi pemikiran. Teimakasih tentang tulisan Anda yang membantu Saya mengingat Yogya dengan segala perubahannya.
    Salam Hangat dan Kenal, Ronald.

  5. Terima kasih sudah mengisi komentar di blog saya Pak Ronald. Semoga tulisan sederhana saya bisa memberikan inspirasi. Salam kenal juga dari saya. Nurul

Leave a comment