Ini adalah cerita tentang Gendhis Natural Bags yang go internasional. Gendhis didirikan oleh pasangan suami istri, Endro Pranowo dan Ferry Yuliana, pada tahun 2002. Ferry mulanya membuat tas hanya untuk memenuhi bagian dari kesenangan pribadi semata, hobby. Cukup mengejutkan, hasil karya Ferry dikenal di kalangan sahabat, rekan kerja dan berbagai kalangan. Sejak awal berdirinya, perusahaan ini berkomitmen untuk memproduksi tas dengan bahan dominan serat alam seperti rotan, pandan, mendong, eceng gondok, agel, kain batik, dan benang nilon. Semua produk Gendhis adalah handmade, dan untuk setiap desain hanya dibuat dalam jumah yag terbatas (contoh produk Gendhis adalah seperti berikut).
Pada awal berdirinya, perusahaan ini hanya menyasar pasar lokal. Namun kemudian, mulai tahun 2004, jaringan pemasarannya merambah kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Medan, Balikpapan, Solo dan Bali. Beragam aktivitas pemasaran dilakukan dengan media offline dan online. Di antaranya aktif mengikuti pameran industri dan bekerja sama dengan berbagai acara pameran busana serta sesi foto untuk majalah bertiras nasional untuk memperkenalkan produknya. Selain itu, branding produk dilakukan dengan baik. Proses promosi dilakukan secara intens karena langsung ditangani oleh tenaga khusus. Hasil dari promosi aktif yang dilakukan membuat produk Gendhis mampu dikenal luas, tidak hanya pada skala lokal dan nasional, tetapi juga internasional.
Berkat inovasi produk yang ditawarkan, kreasi tas Gendhis mulai menembus pasar global. Untuk itu, beberapa gerai sudah dibangun di negara-negara tetangga, seperti Selandia Baru, dan Malaysia, serta mulai memasok tas ke negara maju seperti Italia, Jepang, dan Amerika. Saat ini, Gendhis baru mengirimkan 20% produknya ke pasar global. Sisanya ditujukan untuk pasar lokal. Meskipun sudah memasuki ke pasar global sejak 2004, Gendhis baru sebatas sebagai pemasok untuk peritel yang menggunakan mereknya sendiri. Pasar internasional tidak mengenal Gendhis sebagai sebuah merek tas asal Indonesia. Kompromi inilah yang nampaknya memudahkan Gendhis mengirimkan produknya ke pasar global.
Perkembangan terakhir mengindikasikan bahwa Gendhis ingin ‘go global’ dengan mereknya sendiri, baik menggunakan ‘Gendhis’ atau merek lain besutan Gendhis. Keinginan ini tentu bukannya tanpa tantangan, dan Gendhis menyadari betul akan hal ini. Sebagai contoh, jika perusahaan akan tetap menggunakan merek ‘Gendhis’, maka isu yang muncul adalah apakah pasar dapat menerima merek tersebut atau tidak, mengingat selama ini Gendhis beredar di pasar internasional dengan cara ‘nebeng’ merek peritel lain. Cara lain adalah dengan mencari strategi membangun merek baru. Singkatnya, Gendhis menginginkan merek tersebut harus secara jelas menyebutkan bahwa tas tersebut adalah produk Indonesia. Untuk itu, Gendhis memerlukan strategi pemasaran yang tepat dan alokasi sumberdaya tambahan.
(Proses) internasionalisasi cukup banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, seperti Gendhis, yang meskipun kalau ditilik lebih dalam, proses internasionalisasi yang dilakukan lebih didasari karena ‘tuntutan’ pengembangan usaha. Internasionalisasi dapat didefinisikan sebagai ‘the process of increasing involvement in international markets’ [1]. Banyak perusahaan lokal termasuk Gendhis pada awalnya fokus pada pasar lokal (bukan ‘born global’), tetapi kemudian memutuskan untuk merambah ke pasar global (‘become global’). Namun ada juga perusahaan yang memilih dan merasa cukup di pasar lokal Indonesia yang potensi pasarnya sudah cukup besar. Dan ini adalah pilihan bagi perusahaan dengan segala konsekuensinya.
1. Welch, L. S. and Luostarinen, R. K (1988) Internationalization: Evolution of a Concept, Journal of General Management, 14(2): 34-55.
— Catatan Bincang Bisnis, 15 April 2013 (TVRI Yogyakarta) dengan Endro Pranowo, Gendhis Natural Bags